ketika salis bersabda

jadi sebenernya tugas numpuk banget. dan karena aku tipikal yang mepet deadline, sekarang malah jadi bingung sendiri nih mana yang harus dikerjain, trus ini diapain. #hayatilelah #bukanmahasiswateladan #inginmenikahsaja. oke serius.
pengen ngajak flashback dikit nih ceritanya. jadi waktu SMA, aku punya temen yang "super". super alaynya, super gilanya, super suaranya, super hiperaktifnya, super makannya, super badannya #ehh. namanya salis.
begini nih penampakannya:

dia(sebelah kanan) yg bergaya macam penghuni kebun binatang


ada lagi :
dia memang sok imut sekali orangnya
lagi :
seringnya dia merasa seksi
dan masih banyak lagi foto-foto salis yang bikin penuh memory card HP. huhh.
nahh diantara kami (kapan-kapan dikenalin deh ama yg lain), dialah yang paling beda. dia yang paling lama loadingnya kalo diajak cerita, dia yang paling banyak porsi makannya, dia yang paling abstrak kalo ditanya soal impian, cita-cita dan semacamnya.
keunikan sekaligus keanehan salis yang lain adalah dia paling gak bisa diajak romantis ala-ala gitu. misal kami berlima lagi puitis-puitisan, dia sukanya ngerusak suasana. hmmmm --". quotes terpuitis yang pernah keluar dari mulutnya, yang dia tulis di buku kenangan SMA dan yang selalu dia sebut-sebut adalah "don't judge the person from the cover". terdengar familiar kan? yap.. karena itu adalah quotes yang suka ada di buku tulis merk sidu. dan itu udah mentok banget.
suatu hari aku pernah protes ke dia, "ah elah ganti kek quotesnya perasaan itu muluk deh ah". dia dengan tampang tidak meyakinkannya menjawab sambil tertawa, "gak ngerti lagi aku, fa".
gak tau kenapa suka sebel aja gitu tiap dia ngungkit quotes itu. bukan sebel ke quotesnya, tapi sebel ke dia. saking ga ada lagi quotes lain yang bisa dia pamerin biar keliatan keren. alhasil, dia seringkali dianggap sebelah mata kalo soal tulis menulis atau ngomong yg berfaedah. #salisunfaedah.

oke, sekarang kita lompat ke masa sekarang.
merantau di Bandung untuk kuliah bukanlah hal yg mudah. banyak banget ketakutan yang muncul, dari aku pribadi terlebih orangtua. maka dari itu dulu sempet gak direstui. ketakutannya kompleks, salah satunya adalah soal pergaulan. yang namanya kota besar, pastilah pergaulannya lebih ekstrim daripada di kota biasa.
waktu awal-awal kuliah sempet menutup diri, apalagi sama orang-orang yang penampilannya serampangan. yah tau sendiri kan mahasiswa sastra, sastra indonesia pula. kebayang gak penampilan orang-orangnya kaya gimana? bebas berekspresilah pokoknya.
tapi suatu ketika, aku dapet fakta. orang yang selama ini aku anggap "nakal" karena penampilannya yang gak karuan ternyata gak seburuk yang aku bayangkan. ada satu orang kakak tingkat yang tampangnya menakutkan, sukanya pake celana jeans sobek-sobek, jaket jeans kumal dan tiap hari nongkrong di sekre sambil ngerokok, ternyata di balik penampilan sangarnya dia adalah pemilik warung nasi uduk "makan sepuasnya, bayar seikhlasnya, bersyukur sebanyak-banyaknya". visi dari warung nasi uduk yang dia dirikan adalah untuk menghapuskan kelaparan di Jatinangor dan sekitarnya. bukan cuma mahasiswa aja, masyarakat sekitar juga merasakan manfaat dari adanya warung nasi itu apalagi kalo lagi tanggal tua ye kan?
ada lagi nih, temen seangkatanku. dibanding akang yg tadi, dia penampilannya lebih berantakan. kemana-mana pake celana jeans sobek, jaket jeans yang sobek juga, rambut gondrong, iket kepala yg aneh banget, dan hobinya ngerokok. tapi dibalik ke-preman-annya, dia adalah salah satu pendobrak gerakan QUN (Qur'an Untuk Negeri). wow!!!

nyangka gak? awalnya gak sama sekali. tapi ya memang begitu adanya.
aku jadi inget salah satu game yang pernah dikasih sama kating sewaktu masih osjur. nama game nya adalah "prasangka", di game itu kita bebas nge-judge orang sesuai sama apa yang kita bayangkan. peraturannya adalah: lupakan norma dan sopan santun, silakan judge sesuka hati.
disitu aku merasa ditabok. sebenernya kalo kita mau berfikir, game itu tuh sindiran buat kita yang selalu ngejudge orang tanpa tau lebih dalam lagi siapa orang itu sebenarnya. buat kita yang hobinya nilai orang cuma dari yang keliatannya aja.
dan dari situ juga, aku teringat sahabat "super" ku -yang seringkali omongannya diremehin-  dan satu-satunya quotes yang pernah (dan selalu) keluar dari mulutnya "don't judge the person from the cover".


thanks to salis yang tumben berguna #ehh


Komentar

Postingan Populer