edelweiss dan keabadian

barusan aku mencoba menidurkan diri berharap ngantuk saat itu juga, tapi gagal. tanpa disengaja, mataku malah terfokus ke satu benda di sudut meja kerja (ahh elaaah gaya banget sik)-ku.
benda yang kamu bawa buatku sepulang mendaki gunung.
benda yang kamu tempatin di bekas kaleng kopi yg dibungkus kardus bekas obat berbalutkan kertas kado berwarna coklat.
edelweiss.
benda yang masih aku simpen sampe sekarang dan semoga selamanya.
selamanya?
ya, inginku begitu.
hey, ayo kita sedikit bicara, bukankah sudah lama kita tidak bersua?
jangankan bersua, kapan terakhir kali kamu memulai percakapan via sosialmedia pun aku tak ingat.
hahahaha, anggap saja aku sedang bercanda. tapi kau tidak perlu memaksakan diri untuk tertawa. sungguh. aku benci segala sesuatu yg palsu. pun tawamu.
oke, mari bicara.
saat itu kupikir edelweiss pemberianmu adalah pertanda keabadian. aku padamu, kamu padaku.
kupikir kamu ingin aku menjaganya selamanya.
meski tanpa kamu meminta pun aku akan menjaganya.
pertanyaannya adalah, apakah kamu masih ingin aku menjaganya?
edelweiss itu? rasa ini? apa kamu masih menginginkannya?
katakan padaku, jangan diam saja.
kenapa kamu membeku?


ps. heuuu double post.. gara-gara ga bisa tidur karena nunggu emak dan adik yg lagi di magelang yg katanya jam sebelas malem sampe rumah tapi kenyataannya udah hampir jam setengah dua pagi dan belum sampe juga. huft. sumpah gapenting banget.

Komentar

Postingan Populer