Rezeki Tak Mesti Berbentuk Materi
Beberapa hari lalu, ketika gue lagi sibuk dengan kegabutan tiba-tiba muncul notifikasi whatsapp dari temen angkatan gue, namanya Gina. Doi nanya ke gue perihal kontrakan yang gue sewa bareng temen-temen di Hegarmanah, Jatinangor (pastinya). Usut punya usut, ternyata doi nyari kosan, kontrakan, atau apalah yang bisa ditinggali selama masa studi di Jatinangor. Alasan doi nyari kosan baru adalah karena kosannya yang sekarang ini naik harga. Naiknya gak nanggung-nanggung, boi, dari 650 ribu perbulan jadi 850 ribu perbulan. Jauh. Jauh banget harganya dari kontrakan gue yang dulu, pun dengan kosan baru gue sekarang. Sebagai orang yang posisinya numpang, lebih tepatnya nyewa, mahasiswa enggak bisa berbuat apa-apa. Aqutu lemah aqutu kalau berhadapan dengan ibu kos . Wq wq wq. Jadi, pilihannya cuma dua; menerima kenyataan bahwa ongkos bertambah dan berefek pada urusan perut atau mencari kosan baru dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Temen gue, si Gina ini memilih yang kedua. Doi enggak